Intel86tv.com | PALEMBANG –
Ratusan masyarakat melaksanakan Sholat idul fitri 1 syawal 1444 Hijriah dimasjid Assaadah Mapolda Sumsel hingga memadati ruangan masjid sampai kehalaman Mapolda Sumsel yang terletak dijalan Sudirman KM 4 Palembang.Sabtu 22 April 2023 pagi
Dalam laporan Panitia Pelaksana sholat idul Fitri dan Panitia Zakat infak sodaqah masjid Alaman Komplek Pakri Palembang dan Masjid Assaadah Mapolda Sumsel yang disampaikan Kompol M.Sabur S Ag menyebutkan masjid Alaman Pakri menerima zakat fitrah berupa beras sebanyak 311,5 Kg beras dan zakat fitrah dan fidyah berupa uang berjumlah rp 8.830.000 jika diuangkan seluruhnya berjumlah rp 12.568.000,-ucapnya
Sedangkan untuk Masjid Assaadah Mapolda Sumsel zakat berupa beras berjumlah 102,5 Kg Zakat fitrah dan fidyah berupa uang rp 10.345.000,-jika diuangkan seluruhnya berjumlah rp11.882.500,- ujarnya sedangkan penyaluran Zakat fitrah,zakat mal yakni warga masyarakat sekitar Masjid Alaman Pakri sebanyak 95 orang dengan jumlah uang sebesar rp.9.438.000 dan amil zakat sebanyak 15 orang dengan uang sebesar rp 3.130.000 sedangkan mustahik(penerima zakat red) untuk Masjid Assaadah Mapolda Sumsel sebanyak 153 orang dengan jumlah uang sebesar rp 10.045.000 dan Ambil zakat sebanyak 2 orang dengan jumlah uang sebesar rp.300.000,tutupnya
Sholat idul fitri dimasjid Assaadah diimami sekaligus khotib Habib Ali Karor bin Muhammad Alhaddad
Dalam khutbah nya Habib Ali Karor menyampaikan Setelah berpuasa satu bulan selama Ramadhan, umat Muslim disunnahkan untuk puasa Syawal. Puasa sunnah ini dapat dijalankan sebagai sebagai bentuk syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dikutip dari buku Fikih Bulan Syawal oleh Muhammad Abduh Tuasikal, Nikmat apakah yang disyukuri? Yaitu nikmat ampunan dosa yang begitu banyak di bulan Ramadhan. ucap nya
“Dia menambahkan Bukankah kita telah ketahui bahwa melalui amalan puasa dan sholat malam selama sebulan penuh adalah sebab datangnya ampunan Allah SWT, begitu pula dengan amalan menghidupkan malam Lailatul Qadar di akhir-akhir Ramadhan.? Ujarnya
Dia menyampaikan Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Tidak ada nikmat yang lebih besar dari anugerah pengampunan dosa dari Allah.” ujarnya
Sampai-sampai Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam pun yang telah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan akan datang banyak melakukan sholat malam. Ini semua beliau lakukan dalam rangka bersyukur atas nikmat pengampunan dosa yang Allah SWT berikan ujarnya sebagaimana hadist nabi muhammad SAW
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا ، قَالَتْ : كَانَ النَّبِيُّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ ، فَقُلْتُ لَهُ : لِمَ تَصْنَعُ هَذَا ، يَا رَسُولَ الله ، وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأخَّرَ ؟ قَالَ : (( أفَلاَ أكُونُ عَبْداً شَكُوراً!))
‘Aisyah mengatakan, “Mengapa engkau melakukan seperti ini wahai Rasulullah, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan akan datang?” Beliau lantas mengatakan, “Tidakkah pantas aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR Bukhari,) ucapnya
Begitu pula di antara bentuk syukur karena banyaknya ampunan pada Ramadhan, di penghjung Ramadhan (di hari Idulfitri), kita dianjurkan untuk banyak berdzikir dengan mengagungkan Allah melalu bacaan takbir ”Allahu Akbar”. Ini juga di antara bentuk syukur sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengangungkan pada Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS Al Baqarah ayat 185).ujarnya
Begitu pula para salaf seringkali melakukan puasa di siang hari setelah di waktu malam mereka diberi taufik oleh Allah SWT untuk melaksanakan sholat tahajud. Inilah bentuk syukur mereka.
Ingatlah bahwa rasa syukur haruslah diwujudkan setiap saat dan bukan hanya sekali saja ketika mendapatkan nikmat. Namun, setelah mendapatkan satu nikmat kita butuh pada bentuk syukur yang selanjutnya.
Ibnu Rajab Al Hanbali rahimahullah menjelaskan, “Setiap nikmat Allah berupa nikmat agama maupun nikmat dunia pada seorang hamba, semua itu patutlah disyukuri. Kemudian taufik untuk bersyukur tersebut juga adalah suatu nikmat yang juga patut disyukuri dengan bentuk syukur yang kedua. Kemudian taufik dari bentuk syukur yang kedua adalah suatu nikmat yang juga patut disyukuri dengan syukur lainnya. Jadi, rasa syukur akan terus ada sehingga seorang hamba merasa tidak mampu untuk mensyukuri setiap nikmat. Ingatlah, syukur yang sebenarnya adalah apabila seseorang mengetahui bahwa dirinya tidak mampu untuk bersyukur tutupnya.(M.Efendi)